Artikel Kecil hamba Allah swt

Ilmu semakin digali semakin dalam pemahaman anda

Kamis, 29 Oktober 2009

BAB I PENDAHULUAN

Sejarah telah menunjukan kita bahwa yang namanya hukum Allah itu sangatlah nyata. Dan kejadian yang telah berlaku sebelum Nabi saw datang, sesudah datang,dan sampai sekarang pun hukum-hukum Allah itu benar-benar nyata. Jangan jauh-jauh melihat sebuah hukum Allah itu. Di Negara kita saja yang akhir-akhir kini memiliki banyak yang syakral bagi kita, yang tidak dapat diterima dengan logika saja, akan tetapi harus diterima dengan logika dan dengan hati nurani yaitu keimanan kita.
Seperti kejadia di Porong Jawa Timur, bahwa gas bumi menyembur sampai menenggelamkan wilayah yang dijadikan tempat tinggal. Kejadian gemapa bumi yang diawali di Kuningan Jawa Barat, kemudian menyusul di Sumatra, yang mengakibatkan banyak korban. Baik itu korban yang hanya luka-luka, sampai korban yang mengakibatkan perginya nyawa seseorang. Dan apakah yang demikian itu bukan termasuk hukum Allah yang nyata ?. Ini semua harus dikembalikan pada diri kita sendiri kita tidak hasur menyalakan orang lain. Dan ini semua karena keingkaran mereka yang telah dilakukan mereka sendiri, sehingga terjadilah yang demikian itu. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. Al Zazalah ; 1- 5
Artinya ;
001. Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat), 002. dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung) nya, 003. dan manusia bertanya: "Mengapa bumi (jadi begini)?", 004. pada hari itu bumi menceritakan beritanya, 005. karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. ( Qs. Al Zazalah ; 1- 5 )
Apabila manusia tidak mengkari akan nikmat Allah yang berikan, yaitu dengan rasa syukur maka yang demikian itu tidaklah terjadi. Dan perubaha manusia pun tidaklah yang demikian. Oleh kerenanya agar perubahan dapat tercapai dengan mulus kita huruslah menjalani apa yang disyariatkan, baik itu disyariatkan Allah atau pun yang disyariatkan pemerintah selagi syariat itu baik bagi kita dan bagi semua yang bersangkuatan. Karena sesungguhnya perubahan itu tergantung siapa yang melaksnakannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Artinya
076. Dan sesungguhnya benar-benar mereka hampir membuatmu gelisah di negeri (Mekah) untuk mengusirmu daripadanya dan kalau terjadi demikian, niscaya sepeninggalmu mereka tidak tinggal, melainkan sebentar saja. 077. (Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami itu.

Asbabun Nuzul
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahwa orang-orang yahudi datang kepada Nabi SAW untuk menghasut Nabi SAW, denan berkata ; “ Sekiranya engkau benar-benar seorang Nabi, pergilah ke Syam, karena Syam itu tempat berkumpulnya dan tempat tinggal para Nabi “. Rasullah percaya akan omongan mereka dan berkesan didalam hatiya. Dan ketika perang Tabuk Rasullah bermaksud menuju ke negri yang dimaksud oleh kaum yahudi yaitu negri Syam yang diberitakan bahwa negri Syam itu tempat berkumpul dan tempat tinggalnya para Nabi. Akan tetapi sesampai di Tabuk Rasullah mendapatkan wahyunya dari Allah SWT QS. Al Israa ayat 73,74,75 dan diakhiri dengan ayat 76. ayat ini Allah bermaksud memberitahukan kepada Nabi bahwa kaum yahudi itu mermaksud mengeluarkan beliau dari Madinah. Dan diperingatkan supaya Nabi pulang kembali ke Madinah. Kemudia Malaikat Jibrir berkata pada Nabi SAW ; “ Mintalah kepada Tuhanmu karena tiap-tiap Nabi ada permintaanya “. maka berkata Nabi “Apa yang engkau suruh aku aku minta kepada Nya?“. Jibril berkata “ Mohonlah“
"Ya Tuhan-ku, masukkanlah aku secara masuk yang benar dan keluarkanlah (pula) aku secara keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi Engkau kekuasaan yang menolong. ( Qs. Al Israa ; 80 )
Diriwayatkan oleh Ibnu Ab Hatim dan al Baihaqi didalam ad Dalail dari hadis Syahr bin Hausyab yang bersumber dari Abdurrahman bin Gahanam.
Hukum Sejarah
Dalam Asbabun Nuzul yang diterangkan diatas kiranya sudah menjelaskan dan mengandung nilai - nilai dan hukum sejarah, Bahwa ayat 76 ini mengandung peringatan kepada nabi, agar nabi jangan sampai tergoda oleh bujukan orang-orang yahudi yang tidak dapat dipercaya kebenarannya dan ayat ini juga menegaskan pada nabi agar apabila nabi memiliki sesuatu masalah maka mintalah pertolpngan pada tuhannya.
Dan dijelaskan dalam tafsir jalalain bahwa apabila Nabi benar-benar pergi dari Madinah atau apabila ia benar-benar mengusir Nabi maka sepeninggalan Nabi mereka tidak tinggal di Madinah melainkan sebentar saja lalu mereka akan mendapatkan azab dari Allah SWT,
Ini merupakan hukum Allah yang tidak dapat diubah, seperti ketetapan yang sudah dibuktikan pada para rasul sebelum Nabi Muhammad. ((Kami menetapkan yang demikian) sebagai suatu ketetapan terhadap rasul-rasul Kami yang Kami utus sebelum kamu). Ini merupakan suatu kebiasaan Allah terhadap para rasul Nya, yaitu apabila orang – orang yang mengusir mereka ( para rasul ) akan Allah binasakan. Dan diterusakan dengan (dan tidak akan kamu dapati perubahan bagi ketetapan Kami), maksudnya tidak ada penggati baginya apa bila terjadi yang demikian. Seperti para rasulnya, bilamana rasulnya telah di usir atau pergi dari tempat mereka sedang menyampaikan wahyunya karena kedurhakaan kaumnya maka azab Allah yang datang pada kaumnya karena keinggkaranya.
Perubahan Sosial
Urairan diatas berbicara mengenai tentang hukum-hukum sejarah dalam masyarakat jahiliyah dan bahwa hukum tersebut sebagaimana hukum-hukum alam atau sunahtullah, yang tidak dapat dielakan lagi.akan tetapi apabila seseorang menaati perintah yang telah Allah berikan maka akan berubah selama itu tidak melanggar ketetapan Allah SWT. seperti yang dijelaskan dalam Qs. Al anfal ayat 53.

Artinya ;
053. Yang demikian (siksaan) itu adalah karena sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu ni`mat yang telah dianugerahkan-Nya kepada sesuatu kaum, hingga kaum itu merubah apa yang ada pada diri mereka sendiri, dan sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui, ( Qs. Al anfal ; 53)
Ayat diatas menjelaskan bahwa ketetapan Allah itu tidak dapat dirubah baik itu tentang azab ataupu mengenai nikmat yang Allah telah berikan kepada makhluknya. Sehingga makhluk atau kaum itu sendiri merubahnya. Ayat diatas juga menunjukan bahwa perubaha itu memiliki dua macam perubahan dengan dua macam pelaku. Pertama, perubahan masyarakat yang pelakunya adalah Allah SWT. Dan kedua, perubahan keadaan diri manusia yang pelakunya manusia itu sendiri.
Perubahan yang pertama terjadi secara pasti melaui hukum-hukum masyarakat. Hukum-hukum itu tidak memilih atau membedakan antara satu masyarakat denga masyarakat lain, atau satu kelompok dengan kelompok yang lain. siapa yang mengabaikannya pasti diberikannya hokum tersebut. Perubahan yang kedua, perubahan yang terjadi pada diri manusia itu sendiri harus diwujudkan dalam suatu landasan yang kokoh serta berkaitan erat dengannya. Sehingga perubahan yang terjadi pada diri sendiri itu menciptakan Arus, gelombang, atau paling tidaknya menyentuh orang-orang lain.
Dan ayat di atas menunjukan bahwa semua makhluk Allah itu pasti diberi nikmat entah itu nikmat yang yata atau pun tidaknya. Akan tetapi apabila nikmat itu tidak di cari ataupun tidak dirubah maka Allah pun tidak menggambil kembali karena yang demikian itu sudah menjadi hak makhluknya. Sehingga nikmat itu harus dicari, dan selau di syukuri apa yang telah diberikan.
Dengan nikamat yang telah dicapai maka perubah sosialpun akan pula mengiringinya. Kejadian yang demikian seperti apa yang dilakukan orang-oarng Makkah, berbagai macam makanan dilimpahkan kepada mereka, sehingga mereka terhindar dari kelaparan, diamankan-Nya mereka dari rasa takut, dan diutus-Nya Nabi saw kepada mereka. Akan tetapi kesemuanya itu mereka balas dengan dengan kekafiran yang mereka perbuat, sehingga menghambat jalan Allah dan memerangi kaum mukminin.
Perubahan itu sendiri dapat terlasana akibat pemahaman dan penghayatan nilai-nilai Al Qur’an, serta kemampuan memanfaatkan dan meyesuaikan diri dengan hukum-hukum sejarah.

Rabu, 21 Oktober 2009

Dasar dan Tujuan Pendidikan di Islam

Dasar pedidikan di islam megambil dari qur’an dan hadis, seperti yang terkandung dalam hadis berikut ;
Artinya
Dari Jabir bin Samurah berkata : Rasulullah SAW bersabda : Aabila seorang mendidik seorang anak itu lebih baik baginya dari pada shadaqoh satu sha’ (segantang).
( HR. Turmuzi)

Dalam hadis ini menjelaskan bahwa; seseorang mendidik anak, atau orang tua mendidik anaknya lebih baik dan utama daripada bershadaqoh dengan harta atau memberi harta kepada anak. Ini bukan berarti tidak perlu memberi shadaqoh atau tidak perlu memberikan harta kepada anak. Akan tetapi mengajarkan agar anak diberi pendidikan, dididik mengenal agama, dilatih dalam budi luhur, kelak anak yang diberi pendidikan itulah yang beruntung.
Pemberian orang tua terhadap anak yang paling penting ialah memberikan pendidikan, membentuk anak berilmu dan budi luhur. Sebab dengan ilmu dan budi luhur biasa mencari harta yang banyak, tetapi dengan harta yang banyak belum tentu dapat mencari ilmu dan budi, bahkan memelihara hartanyapun sukar.

Sabtu, 17 Oktober 2009

SEBAB-SEBAB DO’A YANG TIDAK TERKABUL

SEBAB-SEBAB DO’A YANG TIDAK TERKABUL
Di era globalisasi ini banyak orang yang lalai dengan urusan akhirat dan ada pula yang ingat denan akhirat. Ini dikarenakan banyaknya peradaban dan kebudanyaan yang sangat berfaryasi.
Ada yang lalai dengan urusan akhirat ini dikarenakan manusia itu suka dengan kehidupan dunia / peradaban & kebudayaan zaman globalisasi ini. Oleh karenanya kita harus dapat memilah dan memilih suatu perkara. Ada pula yang ingat urusan dunia & akhirat. Manusia inilah yang lebih baik dari pada yang hanya suka dengan akhirat saja. Karena dalam kehidupannya tidak tertinggal dalam selalu dzikik kepada Allah SWT.
 Bila kita kutip sejarah tentang SYEH IBRAHIM IBNU ADHAM menyatakan ;
Bahwa suatu ketika Syeh Ibrahim Ibnu Adham berjalan di kota Basrah, banyak orang yang berkumpul disekitarnya. Mereka bertannya kepada Syeh Ibrahim Ibnu Adham. Mengapa kita berdo’a, do’a kita tidak dikabulkan ? sedangkan Allah berfirman dalam QS Al Mukmin ; 60 Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Lalu Syeh Ibrahim Ibnu Adham menjawab,
hati kamu sekalian telah mati karena 10 perkara yaitu ;
1. Kamu sekalian mengetahui Allah akan tetapi tidak mau melaksanankan hak-haknya ( kewajibannya )
2. Kalian membaca Al Qur’an akan tetapi kalian tidak mengamalkannya.
3. Kalian mengakui cinta terhadap Rasulullah SAW, akan tetapi kalian meninggalkan sunnahnya.
4. Kalian mengetahui permusuhan setan ( setan sebagian musuh ) tetapi kalian menaatinya.
5. Kalian mengakuai akan masuk ke dalam Surga, akan tetapi kalian tidak bekerja menuju kesana.
6. Kalian mengakui selamat dari sikasa Neraka, akan tetapi kalian melemparkan diri sendiri kedalamnya.
7. Kalian berkata bahwa mati itu pasti kebenarnya ( akan menimpa siapa saja , akan tetapi kalian tidak mempersiapkan diri untuk itu.
8. Kalian sibuk mengurusi aib manusia ( yang lain ), tetapi kalian melupakan ( untuk mengoreksi ) aib sendiri.
9. Kalian menguburkan orang-orang mati, tetapi kalian tidak mengambil pelajaran dari mereka.
10. Kalian makan karunia Allah SWT ( nikmat - nikmat - Nya), tetapi kalian tidak mensyukurinya.
Dengan kisah ini mungkin kita akan senantias selalu mengoreksi diri sebelum dikoreksi orang lain.
Penulis
Ichwan Faishol S.Pdi